Menolong Meskipun Melarat

Share:

Foto koleksi pribadi

Senin, 20 April 2020 saya mendapat kabar dari Hj. Siti Rahmah, seorang notaris di Kabupaten Aceh Besar yang juga teman saya di komunitas menulis. Melalui telepon ia mengundang saya pada Rabu, 22 April 2020 di Rumah Sakit Umum Daerah Zainal Abidin (RSUDZA) Banda Aceh, untuk meliput penyaluran bantuan masker berstandar medis, yang akan diserahkan oleh Ikatan Notaris Indonesia (INI) Pengurus Wilayah Aceh. Ia menginformasikan setelah liputan akan ada honor. Kebetulan, profesi saya wartawan pada media online.

Rabu 22 April 2020, pukul 10.00 WIB saya penuhi permintaan mereka. Hari itu, saya datang lebih awal 15 menit. Sambil menunggu mereka, saya melihat kondisi rumah sakit, banyak orang keluar masuk, semuanya menggunakan masker, sebagai upaya mencegah penyebaran Covid-19.

Tiba-tiba saya mendapat pesan WhatsAp dari teman, yang menanyakan keberadaan saya. Ia minta izin untuk menyamperi saya di RSUDZA. Saya mengatakan, sebentar lagi ada kegiatan. Setelah selesai kegiatan saja kita ketemu. Saya merasakan, sepertinya ia mendesak sekali untuk bertemu saya. Terakhir saya minta dia datang saja ke RSUDZA, di ruang informasi. Namun ia tidak menjelaskan tujuan bertemu dengan saya.

Sebelum ia tiba, saya membayangkan, dia pasti butuh bantuan berupa uang. Saat bersamaan, saya juga terpikir pesan isteri agar jangan lupa membeli pampers anak ketika pulang. Ketika berangkat meliput kegiatan, hanya sisa satu pampers. Artinya jika bayi kami buang air besar, tidak ada lagi popok yang bisa digunakan. Sedangkan di dompet tidak ada uang. Saat itu, saya hanya mengandalkan honor liputan berita, yang mungkin tidak seberapa, tetapi cukup untuk satu pack pampers.

Memang, waktu itu kondisi ekonomi saya terjepit. Apalagi pandemi virus corona telah berdampak pada rendahnya pendapatan masyarakat, termasuk saya. Namun hati saya berkata lain, seakan ada desakan jiwa untuk membantu orang kesusahan walaupun diri sendiri sedang susah. Prinsip ini terus terbayang di pikiran saya. Atas keyakinan pada janji Allah, bahwa sedekah adalah magnet rezeki, saya putuskan untuk memberikan honor liputan itu pada kawan. Saya yakin, Allah punya cara lain mendatangkan rezeki bagi hamba.

Namun, kedatangannya agak telat, lebih dahulu tiba rombongan Ikatan Notaris Indonesia (INI) Aceh. Kegiatan tidak berlangsung lama. Ketua INI Aceh menyerahkan bantuan pada wakil direktur bidang medis. Usai serah terima bantuan, rombongan INI Aceh langsung meninggalkan rumah sakit. Tetapi, sebelum berangkat, seorang dari mereka menjumpai saya, menyerahkan amplop, sebagai honor meliput kegiatan mereka.

Foto koleksi pribadi

Setelah saya menerima amplop, mereka segera pulang. Namun saya tidak langsung pergi, sebab harus menunggu kawan yang tadinya mengajak jumpa.  Saya hubungi dia, bahwa kegiatan telah selesai. Ia minta saya menunggu sebentar lagi. Sambil menunggu teman datang, saya membuka amplop, terlihat satu lembar kertas warna merah, Rp100.000.

Tidak lama kemudian, orang yang ditunggu pun tiba. Dalam pertemuan empat mata, di halaman RSUDZA, ia menjelaskan kondisinya saat ini. Tidak ada uang sedikit pun untuk biaya makan. Bahkan motornya telah habis bahan bakar.

Saya berpikir, ingin memberikan alasan tepat bahwa saya juga sedang butuh uang. Sebab sudah beberapa bulan tidak gajian. Dalam dompet ada empat Automated Teller Machine (ATM), tetapi saldonya kosong.  Dalam gambaran saya, tidak ada masukan selama sebulan berikutnya. Apalagi pandemi corona telah menghentikan berbagai kegiatan ekonomi.

Setelah berpikir dan mendengar keluhannya. Saya sedekahkan uang honor liputan berita itu pada teman. usai transaksi, kami segera bubar, saya menuju ke tempat parkir, dengan pikiran tidak membawa pulang pesanan isteri.

Saat mengambil motor di parkir, telepon saya berbunyi. Panggilan dari Hj. Siti Rahmah, seorang notaris yang barusan berbagi kebaikan memalui bantuan masker. Ia berpesan, setelah salat Dhuhur datang ke kantornya, untuk mengambil tambahan honor. Memang saat itu sudah pukul 12:00 WIB, artinya 30 menit lagi akan tiba waktu Dhuhur untuk wilayah Kota Banda Aceh. Saya mengatakan padanya, akan datang nanti setelah salah Dhuhur, sekarang saya pulang ke rumah sebentar.

Dalam perjalanan pulang, terbesit di benak saya, begitulah cara Allah memberikan kemudahan bagi hamba. Setiap kebaikan berbagi ada kebaikan lain yang menyusul.

Saat kondisi ekonomi sekarat, ada saja rezeki yang datang dari arah tidak disangka-sangka. Sungguh Allah Maha Kaya. Jangan pernah ragu berbuat baik, sebab Allah tidak pernah ragu menolong hamba-Nya. Sekecil apa pun harta manusia, hanyalah titipan Allah yang sepantasnya dipergunakan di jalan Allah pula.

Tanamkan semangat berbagi, terlebih pada harta Anda ada hak orang lain seperti zakat. Maka tunaikan kewajiban membayar zakat, agar hartamu suci, dan celah rezeki makin terbuka untukmu. Salurkan zakat Anda pada orang yang amanah mengelolanya, seperti Dompet Duafa. Untuk lebih jelas, silakan kunjungin link ini: dompetdhuafa.org.



No comments

Silakan beri tanggapan dan komentar yang membangun sesuai pembahasan artikel.