Oleh Abu Teuming
Ketua Forum Komunikasi Penyuluh Agama Islam (FKPAI) Aceh
MENCAPAI bulan Ramadhan tentu harus melalui sebelas bulan sebelumnya, yang dihiasi dengan bermacam aksesoris kehidupan dalam episode waktu. Aneka perbuatan telah dilakukan sepanjang sebelas bulan, pahit (buruk) manisnya (baik) kelakukan sudah tercicipkan. Sebenarnya, perbuatan yang dilakukan sebelas bulan lalu merupakan hasil cerminan dan didikan pada Ramadhan tahun lalu.
Kini ramadhan masih menanti keseriusan muslim untuk ibadah. Kehadiran Ramadhan menjanjikan beragam keistimewaan. Bulan berlimpah berkah, terbukanya pintu syurga dan terkuncinya pintu neraka, setan-setan tidak bisa bergerak dan terpenting adalah terdapat malam Lailatul Qadar. Karenanya, harus memanfaatkan Ramadhan dalam bentuk pengamalan ibadah dan terus menambah peningkatan, sebab bulan ini menjadi peluang traning (pelatihan) menghadapi gencarnya tantangan sebelas bulan berikutnya.
Harus tertanam dalam diri muslim bahwa Ramadhan sebagai bulan metamorfosis (perubahan) perilaku yang sebelumnya buruk menjadi baik. Perubahan prilaku positif dapat diamati dari bermacam cara hidup makhluk tuhan, yang memberikan catatan pendidikan bagi manusia. Allah tidak menciptakan sesuatu apa pun melainkan ada manfaat (hikmah) bagi makhluk lainnya. Senada dengan Firman Allah; Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka, (Ali Imran: 191).
Sebut saja kupu-kupu. Pada kupu-kupu terdapat hikmah, iktibar (pelajaran), pesan berharga yang patut direnungkan. Mari mengamati hewan imut kecil satu ini. Semua orang akan berkomentar kupu-kupu berasal dari ulat, pastinya telah terbukti secara keilmuan. Siapa yang tidak jijik dengan ulat, jorok dan mengerikan. Bahkan sebagian orang sangat membencinya. Sebaliknya, hampir semua orang menyukai kupu-kupu, mulai anak kecil sampai orang dewasa terasa senang melihatnya.
Semua orang tahu perbedaan sangat mencolok dari binatang tersebut ketika masih seekor ulat dan menjadi kupu-kupu. Pertanyaannya, kenapa kupu-kupu yang semula hanya seekor ulat menjadi kupu-kupu yang sangat indah dan cantik?, tentu karena hewan ini memiliki fase perkembangan, yaitu kepompong. Pada fase tersebut seekor ulat akan mengalami perubahan sempurna menjadi kupu-kupu indah.
Iktibar Ramadhan
Hal tersebut juga berlaku pada manusia, khususnya muslim, manusia juga mempunyai fase yang sangat penting seperti kupu-kupu, yaitu dengan adanya bulan Ramadhan. Jika selama sebelas bulan lalu manusia seperti seekor ulat yang menjijikan, bau, kotor, maka alternatifnya harus menjadi kepompong saat bulan Ramadhan. Setelah sempurna menjadi kepompong pada bulan Ramadhan, kemudian menjadi seekor kupu-kupu yang cantik indah dipandang mata.
Artinya, sebelum Ramadhan menganut prilaku yang tidak baik, suka berjudi, hobi mencuri, pacaran yang akan menjadi jembatan kokoh menuju kemaksiatan dan yang paling penting menentang Allah dengan meninggalkan segala perintah wajib. Semua perilaku tersebut pasti tidak disukai manusia, apalagi di sisi Allah. Kemudian berkah fase Ramadhan membuat seorang berhati mulia dan memiliki ahklak terpuji, sehingga menjadi idola dalam kehidupan bermasyarakat dan Allah rida terhadapnya.
Ada fenomena unik dari kupu-kupu ketika berada pada fase kepompong. Setelah kempompong diteliti, ternyata di dalam kepompong ulat melakukan gerakan kepala bak orang yang sedang larut dalam zikir. Artinya, ketika manusia berada pada bulan Ramadhan haruslah membenahkan diri dan mensucikan hati dengan beribadah kepada Allah, membasahi bibir dengan ismu zat, beristighfar dan berzikir dengan jutaan zikir yang diajarkan Rasulullah. Kemudian memperbaiki hubungan vertikal maupun horizontal. Hal tersebut harus dilakukan setiap orang, agar pasca kepergian Ramadhan, muslim menjadi layaknya seekor kupu-kupu cantik, indah, penuh daya tarik, sehingga banyak orang menyukainya.
Jika teliti memperhatikan kehidupan kupu-kupu, akan terlihat perjalan hidupnya yang teratur dan terarah. Artinya kupu-kupu tidak memiliki sikap ceroboh dan tidak semena-mena ketika melakukan sesuatu, bahkan dapat dibuktikan bahwa kupu-kupu berkomitmen untuk selalu berkunjung ke tempat indah dan tempat yang memiliki banyak bunga. Perlu diperhatikan, kupu-kupu tidak pernah berambisi untuk mengunjungi tempat jorok, kumuh dan berbau tidak sedap.
Tingkah laku satu ini patut diikuti, dicermati, dan ditiru oleh manusia. Sejatinya, manusia berkarakter layaknya pribadi kupu-kupu yang selalu berkunjung ke tempat yang Allah ridai, menghadiri majlis pengajian, selalu ke mesjid untuk salat berjamaah (tarawih dan fardu). Sebaliknya, tidak berambisi melangkah ke jalan (tempat) yang membuat Allah murka kepadanya.
Masih banyak perilaku kupu-kupu yang sangat fenomena, termasuk ketika dia memilih makanan. Hewan ini tidak makan kecuali makanan yang baik, tidak makan selain makanan bersih dan bermanfaat seperti sari madu yang ada di kelopak bunga. Bahkan ketika dia menghisap sari madu bunga, bukan merugikan bunga-bunga tersebut, malah akan memberikan manfaat bagi bunga tersebut dalam proses penyerbukan.
Berbeda sekali ketika kupu-kupu masih menjadi seekor ulat. Ulat suka memakan dedaunan, dia bisa saja merusak keindahan pohon, lebih tragis akan membuat pohon mati. Manusia juga demikian, ketika sebelum Ramadhan hanya bisa menjadi benalu terhadap orang lain, berbuat kerusakan di muka bumi, mengacaukan perdamaian yang sudah tergapai, berzina, pembunuhan dan sebaginya. Tetapi saat Ramadhan tiba harus menjadi hamba yang taat terhadap undang-undang Allah dan Rasul. Kemudian menjadi sosok yang bermanfaat bagi orang banyak, karena manusia baik adalah mereka yang bermanfaat bagi orang lain. Rasulullah mengingatkan; sebaik-baik manusia adalah yang paling bermafaat untuk orang lain, (HR. Ahmad).
Allah maha kuasa atas ciptaan-Nya, kadang manusia lupa sisi manfaat dari makhluk lain. Secara tidak tersurat Allah memberikan pesan seperti dicontohkan pada kupu-kupu. Terutama kepada manusia, agar dapat menjalani liku-liku kehidupan. Karenanya sudah selayaknya manusia menjadi kepompong pada bulan suci Ramadhan dengan harapan kepergian Ramadhan yang hanya tinggal menghitung hari menjadikan muslim seperti kupu-kupu yang cantik, indah, dan memiliki berjuta manfaat bagi khalayak ramai. Artinya, manusia sudah bersih dari noda dosa, menjalankan kewajiban sebagaimana perintah Allah dan tidak melakukan kerusakan di bumi dalam bentuk apa pun selepas Ramadhan sampai kembalinya Ramadhan tahun depan.
Semoga bermanfaat.
kupu-kupu memang menarik..
ReplyDeleteSebab sejuta warna
DeleteSubhanallah.. sangat menginspirasi... good..
ReplyDeleteTerima kasih. Semoga bermanfaat.
DeleteKupu-kupu yg indah...begitu pula harapan hidup kita, smg seindah kupu-kupu...mksh Abu.
ReplyDelete