Dampak Negatif Perceraian bagi Anak dalam Keluarga Broken Home

Share:

Perceraian merupakan keputusan yang berat dan dampak paling dalam justru dirasakan anak-anak yang harus tumbuh dalam kondisi broken home. Anak menjadi korban "tak bersuara" dari konflik orang tua yang berujung pada perpisahan. Mereka tidak hanya kehilangan sosok orang tua secara fisik, tetapi juga kehilangan kestabilan emosional, dukungan psikologis, dan rasa aman yang sebelumnya hadir dalam keluarga yang utuh.

Secara psikologis, anak-anak sering kali mengalami stres, kecemasan, perasaan ditolak, bahkan trauma emosional berkepanjangan. Mereka bisa merasa bingung terhadap loyalitas, antara ayah dan ibu, dan tidak jarang merasa bersalah atas perceraian tersebut. Dalam jangka panjang, hal ini bisa mempengaruhi kepercayaan diri, perilaku sosial, bahkan prestasi akademik mereka. Banyak pula yang tumbuh dengan rasa marah, sulit mempercayai orang lain, atau justru menjadi pribadi tertutup dan penuh luka batin.

Selain itu, lingkungan broken home juga dapat memperbesar risiko anak terlibat dalam pergaulan bebas, penyalahgunaan narkoba, dan perilaku menyimpang lainnya. Minimnya pengawasan, perhatian emosional berkurang, serta konflik yang terus berlanjut pascaperceraian memperparah dampaknya.

Karenanya, perceraian tidak boleh dianggap sebagai solusi sederhana atas konflik rumah tangga. Orang tua harus menyadari keputusan mereka sangat memengaruhi masa depan anak. Bila perceraian tak terelakkan, tanggung jawab dalam pengasuhan, komunikasi, dan perhatian kepada anak tetap harus dijaga karena anak berhak tumbuh dalam cinta, meskipun keluarga tak lagi seatap.

*Penulis Muhammad Ashar (Penyuluh Agama Islam Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan) sudah tayang suluhagama.com

No comments

Silakan beri tanggapan dan komentar yang membangun sesuai pembahasan artikel.