Jelang penghujung tahun 2025, Aceh dan beberapa provinsi di Sumatera ditimpa banjir bandang, yang berdampak pada rusaknya rumah warga, hancurnya bermacam fasilitas publik, dan ekonomi masyarakat tersendat. Kondisi ini mengundang empati berbagai unsur masyarakat untuk memberikan bantuan dan perhatian serius bagi korban bencana.
Semua elemen masyarakat bisa membantu korban bencana, tidak hanya orang kaya atau pengusaha besar. Pedagang kecil pun mesti empati dan membantu, tentu dengan cara dan kemampuan masing-masing. Misalnya pedagang, mereka bisa membantu korban banjir dan orang yang terdampak bencana, bukan semata-mata dengan menyalurkan donasi dalam bentuk makanan pokok atau uang. Bahkan bantuan bisa berbentuk yang lebih sederhana lagi, yaitu sikap peduli, mencintai sesama, jujur dan tidak menzalimi. Semua ini menjadi sifat terpuji yang patut dilakukan ketika terjadi bencana.
Dengan sifat mulia tersebut, pedagang akan menjual barang kebutuhan pokok seperti telur, beras, minyak, gas, bahan bakar minyak (BBM) dan produk lainnya dengan harga normal, tanpa penggelambungan harga yang mencekik keher. Meskipun produk ini dijual dalam kondisi bencana yang membuat barang langka dan sulit ditemukan.
Jika pedagang memiliki sifat tersebut, tentu ini bagian dari upaya membantu korban bencana dan warga terdampak. Bahkah sikap seperti ini terkadang lebih mulia dari sekedar memberikan donasi dalam bentuk uang.
Ketika pedagang komitmen membantu menjaga stabilitas harga barang, lalu menjual dengan harga wajar dan normal, tentu masyarakat mampu membeli sehingga barang tersebut dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan diri dan keluarga. Apalagi sosok ayah yang punya tanggung jawab besar menafkahi keluarga sehingga tidak terjadi kelaparan atau melarat ekonomi.
Gas yang dibeli dengan harga normal akan membantu mereka memasak untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Jika tidak memasak karena tiada gas, masyarakat harus membeli nasi dengan biaya mahal, seperti terjadi di kawasan tidak terendam banjir (Banda Aceh dan Aceh Besar). Seandainya kondisi tersebut terjadi dalam waktu lama, sangat rentan membuat ekonomi masyarakat makin sulit.
Sisi lain, penjualan BBM di atas harga normal dapat memperburuk keadaan masyarakat, bahkan berefek pada kenaikan harga berbagai kebutuhan pokok. BBM menjadi kebutuhan dasar masyarakat untuk melakukan berbagai aktivitas, termasuk mencari nafkah. Banyak yang tidak bisa melakukan aktivitas ekonomi bila harga BBM masih tinggi.
Karenanya, kejujuran dan tidak menzalimi sesama merupakan sifat terpuji yang wajib dimiliki pedagang, terlebih saat kondisi bencana yang serba sulit. Sifat tersebut merupakan terjemahan dari nilai keislaman yang melekat pada diri seorang pedagang.
Bencana alam seperti banjir bukan peluang meraup keuntungan besar dari hasil dagangan, melainkan cara Allah memberikan kesempatan bagi manusia untuk berbuat baik. Keberhasilan menjadi pengusaha juga tidak semata dilihat dari seberapa banyak bisa mendapatkan keuntungan material, tapi seberapa manfaatkan kita bagi khalayak ramai serta kecenderungan membantu tanpa menzalimi.
Jadi keuntungan berdagang bukan hanya uang banyak, namun banyak membantu orang lain dengan cara menjaga stabilitas harga barang sehingga mudah dijangkau oleh publik.

No comments
Silakan beri tanggapan dan komentar yang membangun sesuai pembahasan artikel.