Sebagai anak,
Abon mengemban amanah besar dari orang tuanya, Abu Lueng Ie. Ketika masih
hidup, Abu Lueng Ie giat menebarkan ilmu dan thariqat ke seantero Aceh.
Kini, Abu telah tiada. Thariqat yang dikembangkannya masih
diteruskan oleh Abon Lueng Ie. Selama ini, Abon tidak kenal lelah mengajak umat
Islam untuk berpegang pada thariqat. Hidup tanpa thariqat, bagai berjalan tanpa
tujuan.
Karenanya, Abon mewajibkan santri di dayah yang ia pimpin untuk
masuk dalam thariqat, khusunya Naqsyabandiyah. Lewat thariqat, Abon mengajak
seluruh santri agar menghidupkan zikir Ismu Zat, Allah Allah Allah.
Ia juga menghidupkan tawajuh sebagai amalan utama dalam thariqat
Naqsyabandiyah. Abon menetapkan malam Jumat untuk tawajuh bagi santri. Malam
Rabu diperuntukkan bagi masyarakat, khusus kaum lelaki. Hari Selasa, dijadikan
jadwal tawajuh bagi ibu-ibu di sekitaran dayah.
Selain di Dayah Lueng Ie, Abon juga kerap memimpin tawajuh di Tungkop,
Cot Iri, Lhok Nga, Delima Pidie Jaya, Baroh Pijay, hingga ke Pidie.
Tiap kali tawajuh, jamaahnya selalu banyak. Mereka ingin hidup
di bawah payung thariqat dan orang-orang shaleh.
Itu lah kesibukan Abon setiap hari. Selain mendidik santri, ia
membimbing masyarakat dalam thariqat. Dengan harapan, thariqat Naqsyabandiyah
terus berkembang pesat ke seluruh pelosok Aceh, sebagaimana wasiat Abu Lueng
Ie.
Semoga Allah luaskan kubur Abu Lueng Ie, dan senantiasa
memberikan kesehatan bagi Abon Lueng Ie.
*Abu Teuming
Direktur LSM Keluarga Sakinah Mawaddah dan Rahmah (K-Samara)
No comments
Silakan beri tanggapan dan komentar yang membangun sesuai pembahasan artikel.