Amiruddin (Abu Teuming), Penyuluh Agama pada Kuakec Krueng Barona Jaya dan pegiat FAMe.
Reportase saya kali ini berlokasi di Anjong Mon Mata, Kota Banda Aceh. Tempat yang biasa digunakan untuk melaksanakan beragam even, baik pemerintahan maupun masyarakat. Kebetulan, Sabtu 12 Februari 2022, kegiatan di gedung megah itu adalah Pelantikan dan Rapat Kerja Persaudaraan Aceh Seranto (PAS) Provinsi Aceh dan PAS Kabupaten/Kota di Aceh.
Berseragam dominan hitam, berpadukan merah, membuat para anggota PAS lebih gagah, bersahaja, dan meriah. Di depan gedung, di bawah pohon raksasa yang rindang, bertaburan pria dan wanita seragam PAS. Mereka terlihat ceria, seakan ingin segera berbuat nyata untuk umat, khsusunya warga Aceh.
Tak berselang lama, momen urgen itu berlangsung. Anggota PAS tampak duduk rapi, dengan posisi jaga jarak, dan masker terpasang indah menutup mulut. Ada pemisahan tempat duduk perempuan dengan laki-laki, sesuai kearifan lokal yang berlaku di Aceh. Penulis berada dalam ruang itu, menyaksikan pertunjukan seni budaya Aceh; rapai dan tari ranup lampuan.
Usai sesi seremoni, yang lumrah dilakukan pada acara formal. Tiba saat pengukuhan, sekaligus orasi oleh Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PAS, Akhyar Kamil. Pria yang berdomisili di Tangerang, Provinsi Banten ini menguraikan identitas organisasi, yang mereka sebut PAS.
Ia terus berupaya, dengan bahasa tegas menyatakan PAS merupakan organisasi kemanusiaan yang bergerak di bidang sosial. Tidak ada misi politik dalam tubuh PAS. Pengakuannya, ketika menuju ke Aceh, tidak membawa pesan politik dari politikus di Jakarta. Ini murni gerakan dalam urusan kemanusian. Membuat tersenyum orang menangis, membuat bahagia orang yang menderita, lewat tangan inasn yang peduli sesama.
Namun, pria asal Kabupaten Aceh Utara itu tidak mengekang niat pengurus PAS, bila ada niat berjuang dalam dunia politik, lewat partai mereka masing-masing, itu hak warga negara. Tentunya tidak ada kaitan dengan PAS.
Bukan organisasi politik
Selain bukan organisasi politik, PAS juga bukan ladang bisnis. Akhyar sejenak berhenti bicara dan menghela nafas. Lalu menyambung pesan, tidak ada yang mencari keuntungan finansial lewat PAS. Sebaliknya, via PAS, pengurus harus menghabiskan uang pribadi agar terealisasi program kerja, demi kemaslahatan umat. Usai menegaskan itu, langsung disambut tepuk tangan dari peserta kegiatan.
Seandainya, ada yang mendapatkan manfaat setelah bergabung dengan PAS, maka itu nikmat Allah untuk hamba yang memang telah berbuat kebajikan dan membantu kaum yang membutuhkan. Itu janji Allah, setiap kebaikan pasti akan mendapat balasan kebaikan pula.
Sekilas, pria berparas manis ini menerawang ke belakang, mengisahkan alasan berdiri PAS. Berawal dari aneka masalah yang dihadapi generasi Aceh yang mengadu nasib di tanah rantau, terutama di Jakarta dan sekitarnya. Ada yang tak mendapat pekerjaan layak, sehingga hidup tak menentu di tanah jawa.
Dasar lainnya, ada anak Aceh yang meninggal dunia di perantauan, tapi sedikit sekali ada pihak yang peduli mengurus dan memulangkan jenazah ke kampung halaman, agar dilaksanakan fardu kifayah oleh keluarga. Apalagi, perjalanan dari Aceh ke tanah jawa butuh banyak waktu bila menempuh jalur darat.
Poin tersebut, menggerak hati 20 orang perantau Aceh di Tangerang untuk berdikusi. Hasil rembuk mengerucut pada sikap optimis membentuk komunitas yang bisa menjadi keluarga bagi perantau, alias tempat mengadu nasib. Secara resmi, mereka mendirikan PAS pada 2012, berkantor pusat di Kota Tangerang.
Pasca berdiri, ada tiga program unggulan PAS, yang terus digalakkan hingga kini. Pertama memulangkan jenazah anak Aceh yang meninggal di tanah rantau. Bahkan, selama sepuluh tahun terakhir, masyarakat Aceh telah melihat aksi nyata PAS, yang setia mendampingin jenazah melintasi daratan, laut, dan udara demi menyenangkan hati keluarga almarhum. Penulis tidak menyebutkan pahit getir perjuangan PAS dalam nasakah ini, sebab masyarakat Aceh sudah sering mendengar kiprah mereka.
Kedua melaksanakan sunat massal untuk anak yatim dan fakir miskin dari seluruh Indonesia. Target program ini telah banyak dilakukan PAS, bukan hanya anak berdarah Aceh, tapi untuk semua suku yang mendiami nusantara. Ketiga memberikan pendidikan bagi anak putus sekolah, baik yatim atau duafa yang ada di Aceh.
Sepertinya, Akhyar belum puas atas orasinya, masih ada hal yang perlu diulas. Di hadapan audien yang merasa kedinginan dihembus sejuknya AC, ia mengatakan PAS siap membantu dan menjembatani program tersebut, bukan hanya mengandalkan kontribusi anggota, tapi keterlibatan semua unsur, terutama pemerintah.
"Tidak ada organisasi yang besar, bila tak bekerjasama dengan pemerintah," pungkasnya.
Ketua PAS mengakiri sambutan, ia mungkin merasa puas, lalu turun panggung. Dilanjut dengan sambutan Gubernur Aceh Nova Iriansyah. Tapi orang nomor satu Aceh ini tak bisa hadir, karena ada kepentingan lain. Sebagai bukti dukungan dan senang, gubernur menitip pesan lewat kertas yang dibacakan Staf Ahli Gubernur Aceh, Bidang Keistimewaan, Sumber Daya Manusia dan Hubungan Kerja Sama, Iskandar Syukri MM MT.
Ia menyebutkan program PAS berorientasi pada kebajikan, sesuai anjuran agama. Maka patut dijalankan, bukan sebatas membantu orang yang sedang kesusahan, tapi manfaatnya untuk bekal di akhirat. Tampaknya, gubernur ingin memotivasi anggota PAS agar menerapkan secara optimal misi mulia ini.
"Kami apresiasi atas inisiatif pendirian organisasi mulia ini," sebut Iskandar Syukri di hadapan audiens.
Selama ini, PAS telah berkontribusi untuk Aceh, membantu pemerintah yang semestinya mengayomi dan memberikan pelayanan bagi warga. Tentu PAS telah meringankan beban pemerintah. Dalam aksinya, tak membedakan status sosial, semua yang membutuhkan pasti dibantu. Kondisi ini akan menjadikan organisasi tersebut terus dibutuhkan masyarakat.
Menurutnya, secara tidak langsung, PAS menjadi Duta Aceh yang memperkenalkan akhlak, adat istiadat, dan budaya Aceh pada seluruh masyarakat Indonesia. Sebab, karakter anggota PAS tidak terlepas dari prilaku orang yang hidup di Aceh.
Pemerintah Aceh menitip harapan besar pada PAS, agar terus membantu perantau di tanah asing. Sebagai bentuk dukungan, pemerintah telah memfasilitasi dua unit ambulance untuk operasional program PAS. Sebelum ada ambulance, PAS menggunakan mobil pribadi untuk memulangkan jenazah warga Aceh yang meninggal di Pulau Jawa.
Pesan terakhir gubernur, semoga PAS dapat menjalankan amanah dalam misi sosial kemasyarakatan, serta membangun hubungan dengan daerah domisili dan tetap menghormati budaya setempat.
Artikel ini telah tayang di Serambi Indonesia, Rabu 16 Februari 2022
No comments
Silakan beri tanggapan dan komentar yang membangun sesuai pembahasan artikel.