Abu Bustamam Bawa 95 Orang Masuk Thariqat di Dayah Abu Lueng Ie

Share:

 


Penulis: Abu Teuming

Tgk Bustamam, warga menyapanya Abu Bustamam. Salah satu murid Abu Lueng Ie generasi awal.

Awalnya, Abu Bustamam tidak tertarik belajar di dayah. Ia lebih memilih pendidikan formal. Saat itu ia belajar di sekolah setingkat Madrasah Aliah (MA).

Pada tahun 1971, Abu Bustamam masih berusia 17 tahun. Pada usia tersebut, ia pernah diajak oleh seseorang untuk datang ke rumahnya, tujuannya untuk makan nasi dengan ayam, dan dijanjikan akan diberikan susu.

Sebagai anak yang baru berada pada fase remaja, Abu Bustamam menerima tawaran makan ayam. Ketika datang ke rumah, ia disuguhkan makanan sesuai dengan yang dijanjikan. Melihat hidangan lezat, ia tampak bahagia karena bisa menikmati makanan enak. 

Sambil mecicipi hidangan, sang pemilik rumah berkata, "sebentar lagi kita ke sana ya."

Abu Bustamam menerima tawaran itu. Usai menikmati makan dan minum susu, keduanya pun pergi ke Dayah Darul Ulum Abu Lueng Ie, di kawasan Ulee Kareng, Aceh Besar.

Saat itu, Abu Lueng Ie sedang mengamalkan ibadah tawajuh bersama jamaah. Dalam majlis tawajuh, Abu Bustamam mendengar wirid dan bacaan yang biasa dibacakan kala tawajuh.

Ia merasa senang mendengar nazam "Ubat Hate", silsilah aulia Allah.

Saat itu pula, ketertarikannya pada Abu Lueng Ie mulai muncul. Ia melihat Abu Lueng Ie sebagai sosok yang alim dan kharismatik. 

Tidak lama kemudian, 5 Juni 1971, Abu Bustamam resmi masuk tarekat, yang diijazahkan oleh Abu Lueng Ie. Sejak itu, ia selalu mengulang nazam "Ubat Hate". Bait-bait bacaan tersebut membuat dirinya bahagia dan tenang.

Ketika pulang ke rumah di Cot Paya, kawasan Kajhu, Aceh Besar. Ia kerap membaca nazam yang diajarkan Abu Lueng Ie. Sehingga pernah seorang ibu berusia 40 tahun mendengar nazam yang dilantunkannya.

Ibu itu merasa tertarik dengan nazam Ubat Hate. Abu Bustamam kian semangat membacanya. Perempuan tersebut mengapresiasi kecerdasan Abu Bustamam saat baca nazam.

Wanitah paruh baya itu bertanya, "Di mana kamu belajar nazam ini."

"Di Ulee Kareng," jawabnya.

Kala itu, zaman masih belum terlalu modern dan pesat seperti sekarang. Sehingga orang yang domisili di Kajhu tidak tahu persis wilayah Ulee Kareng.

Perempuan ini meminta pada Abu Bustamam agar dirinya diajak ke Dayah Darul Ulum Abu Lueng Ie. Permintaan tersebut disambut baik, keinginan ibu itu dipenuhi.

Dalam waktu singkat, Abu Bustamam yang baru mengenal tarekat mampu mengajak 95 orang ke Dayah Abu Lueng Ie, untuk mengambil tarekat. 

Karenanya, komunitas jamaah di kawasan Kajhu mulai meningkat, akhirnya Abu Lueng Ie berinisiatif datang ke tempat jamaah, dengan agenda pengajian dan tawajuh.

Pada masa awal mengenal Abu Lueng Ie, Abu Bustamam dapat dikatakan sebagai tim sosialisasi tarekat. Berkat kegigihannya, banyak masyarakat seputaran Banda Aceh dan Aceh Besar mengikuti pengajian dan mengambil tarekat pada ulama yang juga murid Abuya Muda Waly tersebut.

Setahun setelah masuk tarekat, Abu Bustamam berhenti menempuh pendidikan di sekolah. Ia memilih untuk berdagang di Dayah Darul Ulum Abu Lueng Ie.

Keinginan itu tidak mendapat respon baik dari ibunya, dengan tidak memiliki biaya. 

Sejak saat itu, Abu Bustamam tidak pulang ke rumah selama tiga bulan. Orang tuanya mulai resah, sebab tidak tahu ke mana anaknya pergi. Padahal, Abu Bustamam telah menetap di Dayah Lueng Ie.

Suatu ketika, orang tuanya mengetahui bahwa anaknya berada di Dayah Lueng Ie. Akhirnya ia mendatangi dayah, demi menjenguk anaknya.

Ketika tiba di dayah, ibunda Abu Bustamam langsung bertemu anaknya, sambil berkata, "kenapa kamu belajar di dayah, ibu tidak punya biaya."

Justru, seketika Abu Lueng Ie memberikan uang pada ibu Abu Bustamam sebanyak Rp 2.500. Ia menolak, namun Abu Lueng Ie berkata, "ambil saja, saya ada rezeki lain."

Demikian akhlak Abu Lueng Ie. Ia selalu bersikap baik dan santun pada orang lain. Bahkan membantu orang-orang yang tekun belajar Islam.

Kenyataan tersebut membuat ibu Abu Bustamam yakin menitipkan anaknya di Dayah Lueng Ie.

*Kisah ini dikutip saat penulis silaturahmi ke rumah Abu Bustamam, di Pantee Riek, Banda Aceh, 2019.

1 comment:

  1. Whether it is used for restorations or new builds, copper makes a wonderful exterior siding panel choice. You can expect your copper siding panels to last up to|to final as lengthy as} one hundred years, transform and patina over time and be one of many strongest exterior wall panel products available on the market. Bates offers the only program in the region that prepares students for apprenticeship employment in the sheet metal industry. Customer projects completed in the classroom, store, and the sphere, provide students with the necessary foundational skills to achieve this high demand and rewarding occupation. Instruction consists of gear operation, fabrication and installation of assorted air flow methods, blueprint studying, computer-aided drafting, air precision machining distribution, and material dealing with.

    ReplyDelete

Silakan beri tanggapan dan komentar yang membangun sesuai pembahasan artikel.