Memenuhi Kebutuhan dan Mengelola Keuangan Keluarga

Share:

Oleh: Abu Teuming 
 (Mahasiswa Magister Hukum Keluarga Islam Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Nahdaltul Ulama (STISNU) Aceh

MEREJUK realita kekinian, perceraian masih tergolong tinggi di Indonesia, khususnya Aceh. Salah satu sebabnya adalah persoalan ekonomi. Keuangan dalam keluarga memang menjadi tonggak keutuhan rumah tangga, sekaligus unsur penting yang memengaruhi harmonisasi antara suami dan istri. Meskipun ekonomi bukan satu-satu alasan kokohnya rumah tangga, tapi persoalan ekonomi menyumbang peran besar dalam merawat fondasi rumah tangga.

Ekonomi dinilai sebagai penggerak rumah tangga memang sangat beralasan, mengingat banyak kebutuhan yang mesti dipenuhi sebagai bagian dari berlangsunya sebuah keluarga. Karenanya, sosok suami mestinya memiliki penghasilan yang memadai untuk membiayai kebutuhan rumah tangga dengan beragam tantangannya. Realitanya tidak semua suami punya pekerjaan yang layak dan berkesempatan kerja seperti di instansi pemerintah. Namun harus diakui bahwa rezeki itu amat luas, bukan hanya menjadi pegawai pemerintah atau karyawan swasta. Lebih dari itu, banyak sekali pintu rezeki yang bisa ditekuni untuk mendapatkan penghasilan, yang kemudian menjadi pendukung kelanggengan rumah tangga.

Dalam surat Al-Ankabut ayat 60, Allah berfimran, “Allahlah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu. Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” Melalui ayat ini, Allah menjamin rezeki setiap hamba, termasuk bagi istri dan anak yang berada di bawah tanggung jawab suami. Hanya saja, ikhtiar dan doa mesti diperkuat untuk menjemput rezeki dari Allah sebagai nafkah yang akan diberikan pada keluarga.

Intinya, suami sebagai pimpinan keluarga tidak boleh memiliki sifat malas bekerja. Sebaliknya, pimpinan keluarga mesti punya etos kerja tinggi untuk kesehatan rumah tangga. Dalam kondisi tersebut, bekerja menjadi wajib, sebab demi memenuhi tuntutan nafkah istri dan anak yang telah Allah wajibkan pasca ijab kabul.

Hal lain yang patut jadi perhatian ketika sudah punya kerja dan penghasilan adalah tata kelola keuangan rumah tangga. Terkadang penghasilan tinggi juga jadi pemicu masalah rumah tangga, karena tidak mampu mengelola dengan baik setiap pengeluaran. Itu sebab, suami dan istri seyognya memahami betul kebutuhan dasar rumah tangga. Bahkan harus mampu memilah antara kebutuhan dan keinginan, supaya keuangan yang terbatas bisa memenuhi semua kebutuhan harian.

Managerial keuangan yang baik akan berdampak positif dalam rumah tangga, sehingga ancaman perceraian karena unsur ekonomi bisa dihindari. Membangun rumah tangga juga tidak perlu mengikuti tren kekinian, terutama fashion dan style yang dapat mengganggu stabilitas ekonomi. Fokus pada pemenuhan kebutuhan primer dapat menutup celah-celah perselisihan yang berujung runtuhnya ikatan suci pernikahan.

Terakhir, saya sebagai fasilitator mendokan kelancaran menuju prosesi pernikahan. Semoga sakinah, mawaddah, dan rahmah (Samara) dan pernikahan kelak bertahan hingga kematian memisahkan keduanya.

No comments

Silakan beri tanggapan dan komentar yang membangun sesuai pembahasan artikel.